Aku si maddi

Ini aku addi achmad prayogha. Lahir dengan selamat Pada tanggal 13 november 1995 di bandung. walaupun tanpa dokter atau bidan. Ya, ibu ku bilang aku lahir di saat keadaan rumah tangga ibu dan ayah yg sedang di ujung tanduk. Tanpa di temani ayah, bidan ataupun dokter kandungan saat ku lahir. Kata ibu, aku sempat akan di buang karena kekesalah ibu pada ayah. Tapi niat untuk membuang itu sirna setelah ibu tersadar dari kegelapan yg menimpanya. Kakek ku (alm) ada disana saat itu. Juga kakak ku. Ibuku seorang diri mengurusku sampe aku dewasa. Ibu sempat bilang kalo ayah sudah tiada. Jadi aku tidak perlu berharap adanya ayah. Waktu itu aku tidak peduli dengan hal itu.

Aku besar dan tumbuh di keluarga yg berkecukupan. Ya, kakek ku mewarisi beberapa tanah yg lumayan luas. Tapi rasanya selalu saja merasa kekurangan waktu itu. Bukan dari segi ekonomi melainkan dari segi kasih sayang orang tua. Waktu kecil ibu jarang di rumah. Ibu selalu menghabiskan waktunya di luar. Aku tinggal di rumah bersama kakek, paman, dan kakak perempuanku. Aku adalah cucu kesayangan kakek ku. Apapun yg ku minta selalu kakek berikan. Aku di sekolahkan di tk islam favorit oleh kakek ku. Lanjut di sd islam yg bisa di bilang kurang favorit sebenarnya. Alasan kenapa aku di sekolahkan disana katanya agar sama dengan semua keluargaku. Dan kebetulan kepala sekolahnya adalah teman dari kakek ku. Kakek meninggal saat aku duduk di kelas 5 sd. Kurang lebih umurku waktu itu 9 / 10 tahun. Sejak kakek meninggal semua berubah. Termasuk keadaan ekonomi keluargaku. dari yg semula semuanya lebih mudah. Sekarang berbalik 360°. Semua serba sulit. Tak ada lagi yg memberiku kesenangan secara materi. Dan itu pun berdampak ke ibu. Ibu menikah dengan seorang pengusaha makanan. Awalnya semua baik" saja. Tapi suami ibu bangkrut dan keuangan keluargaku hancur. Warisan dari kakek untuk ibu pun tidak ada yg tersisa. Dari situ kami hidup susah sesusah susahnya. Bukan mulai dari nol. Tapi kami mulai dari minus. Karena ternyata ibu dan suaminya terlilit utang yg lumayan besar. kami hidup seadanya. Rumah kontrakan, penghasilan pas pasan. Dapet uang buat makan pun udah syukur alhamdulillah. Dari situ setelah lulus. Aku tidak ada niat untuk melanjutkan pendidikan. Aku langsung cari kerja. Kerja untuk bantu keuangan keluarga. Aku harus beradaptasi dengan keadaan yg awalnya serba mudah jadi serba sulit.

Komentar